KETIKA HERBAL MENJADI SOLUSI
By : Arga Abdi Rafiud Darajat Lubis
Mengapa tumbuh-tumbuhan dan ekstraknya tetap penting dalam farmasi dan
kedokteran? Secara Historis, tumbuh-tumbuhan menghasilkan beberapa obat
paling penting, tetapi dengan kemajuan besar dalam kimia medisinal
(cabang ilmu kimia/farmasi yang mempelajari penemuan, pengembangan,
identifikasi dan interpretasi dari suatu obat) telah membuat beberapa
perubahan pada akhir abad ini. Obat-obat sintetis telah mengalami
perubahan dan menggantikan tumbuh-tumbuhan sebagai fokus utama
penelitian. Namun, masyarakat di berbagai belahan dunia seperti di
Eropa, Amerika Utara dan Australia, kini ingin menyembuhkan
masalah-masalah kesehatan minor dengan sesuatu yang “alami”. Maka,
dimulailah penggunaan Obat-obat herbal sebagai pengganti dari
obat-obatan konvensional.
Obat Herbal dikenal sebagai produk obat herbal (herbal medicinal product/HMP).
Dengan seiring berjalannya waktu, obat herbal kini sering
dipertimbangkan untuk menjadi bagian dari obat komplementer dan
alternative (complementary and alternative medicine/CAM) dalam
penggunaannya, HMP cenderung semakin meningkat penggunaanya seiring
dengan meningkatnya penggunaan CAM pada dunia yang terus berkembang.
Banyak alasan terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal. Alasan
tersebut berkisar dari daya tarik produk dari ‘alam’ dan persepsi bahwa
produk tersebut ‘aman’ (atau paling tidak ‘lebih aman’ daripada obat
konvensional, yang sering diremehkan sebagai “obat”) sampai alasan yang
lebih kompleks yang berkaitan dengan pandangan filisofi dan kepercayaan
agama dari individu-individu tersebut. Persepsi obat herbal yang akan
mempengaruhi sikap selanjutnya terhadap produk-produk tersebut; hal ini
dibuktikan oleh beberapa aspek-aspek perilaku konsumen yang menunjukan
kepercayaan bahwa obat herbal ‘aman’ secara tutun temurun.
Di
Negara-negara berkembang, sebagian besar pembelian HMP dilakukan secara
seleksi-pribadi berdasarkan dari farmasis dan toko makanan-kesehatan,
dan juga dari pasar swalayan, melalui pesanan surat bahkan dari via
internet. Dalam banyak kasus saat ini, kebanyakan HMP dapat dijual atau
disuplai tanpa adanya keterlibatan dari para praktisi maupun
professional kesehatan. Oleh karena itu, bersamaan dengan persepsi umum
obat herbal ‘aman’, hal ini tidak mengejutkan bahwa beberapaa studi
telah menegaskan bahwa banyak individu-individu yang tidak mencari saran
dari tenaga-tenaga maupun praktisi kesehatan seperti Dokter maupun
Apoteker sebelum membeli atau menggunakan produk-produk tersebut
walaupun mereka membelinya di apotek.
Konsumen HMP
cenderung untuk berpedoman pada pengetahuan mereka yang biasanya
(terbatas), yang mana sebagian besar informasi didapat dari panduan
maupun saran teman-teman, kerabat dan media-media yang populer. Banyak
juga para individu-individu yang tidak menginformasikan kepada farmasis
atau praktisi medis umum bahwa mereka mengggunakan obat herbal, bahkan
jika mereka mengalami reaksi obat merugikan yang dikenal sebagai (Adverse effect).
Hal serupa juga terjadi bahwa banyak professional layanan kesehatan
juga tidak menanyakan hal tersebut setelah pasien-pasiennya menggunakan
produk-produk obat herbal. Konsumen yang mencari saran dari para
professional kesehatan (contohnya dari farmasis atau praktisi medis
umum) mungkin juga menemukan bahwa professional tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sepenuhnya. Dalam beberapa kasus,
hal ini mungkin terjadi karena informasi sederhana tidak tersedia,
tetapi juga disadari bahwa sekarang ini banyak professional layanan
kesehatan tidak cukup diberi informasi mengenai obat-obatan herbal,
khususnya berkenaan dengan mutu, keamanan dan khasiatnya.
Interaksi herbal tidak terbatas pada keterlibatan obat sintetis saja;
ada pula laporan tersendiri mengenai herba tertentu yang mengganggu tes
diagnostik dan pemantauan dari efek terapeutik suatu obat. Semisal,
interaksi potensial dari obat herbal dengan makanan, alkokohol, herba
lain dan atau juga dengan kondisi penyakit. Hal ini dapat terjadi
sehingga tidak ditutup kemungkinan untuk disarankannya bahwa pengobatan
dengan obat herbal tidak dilanjutkan untuk pasien yang sedang menjalani
operasi. Isu-isu ini sekali lagi menggambarkan kebutuhan terhadap
professional layanan kesehatan, khususnya para praktisi farmasis, yang
sudah harus mengetahui tentang HMP baik dalam ruang lingkup farmakologi
maupun catatan-catatan ringkas mengenai Obat-obatan herbal tersebut.
Mereka yang mengetahui tentang HMP tentu saja dapat menyarankan kepada
para pasien ketika mengkonsumsi HMP terutama para farmasis yang
sejatinya (seseorang yang memiliki posisi unik, dapat mengakses siapa
saja tanpa perjanjian), juga para masyarakat umum dalam penggunaan HMP
yang aman, efektif dan tepat. Perlunya tinjauan ulang (medical record)
terhadap efek-efek yang ditimbulkan dari penggunaan HMP dapat menjadi
suatu landasan ilmiah bagi para praktisi yang bergerak dalam bidang
pengobatan herbal dankembali menawarkan kepada pasien tentang penggunaan
HMP.
Hal ini sudah mulai diberdayakan sejak tahun-tahun yang
lalu, dikarenakan terdapat rencana pemerintah untuk membagi pelayanan
kesehatan pada masyarakat yaitu dengan pengobatan secara konvensional,
alternative dan Tradisional. Nantinya, Masyarakat(individu-individu)
boleh memilih apa yang terbaik bagi dirinya guna meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Badan-badan professional sudah seharusnya
semakin sadar tentang tanggung jawab yang berkenaan dengan obat herbal
dan mengambil langkah untuk memperbaiki persoalan-persoalan tersebut.
Sebagai contoh, the science committee of the royal pharmaceutical society of great Britain
(RPSGB) telah menyusun subgolongan obat komplementer/ alternative yang
menghasilkan suatu lembaran fakta terkait penggunaan HMP. RPSGB juga
mengubah kode etik standarnya (dengan hal tersebut semua farmasis
berizin menjadi terikat), yaitu dengan memasukkan pernyataan berikut.
Farmasis yang menyediakan homeopatik atau obat herbal atau terapi komplementer lain mempunyai tanggung jawab profesi untuk:
- Memastikan bahwa stok obat homeopatik atau obat herbal atau terapi komplementer lain diperoleh dari pemasok yang terpercaya
- Tidak merekomendasikan obat apapun jika obat tersebut diragukan keamanan atau mutunya
- Memberikan saran mengenai homeopatik atau obat herbal atau terapi komplementer aatau obat=obatan lainnya hanya jika mereka telah menjalani pelatihan yang sesuai atau memeliki pengetahuan terspesialisasi.
Kini, the UK Committee on safety of medicines and the medicines and healthcare products regulatory Agency menyadari bahwa Farmasis memeliki peran yang penting dalam pengawasan dan pascapemasaran (pharmacovigilaance) pada penggunaan HMP. Hal ini melibatkan pelaporan reaksi merugikan dari HMP (Adverse effect)
serta penyebaran informasi kepada pasien dan masyarakat mengenai
keamanan obat-obatan Herbal. Permintaan adanya professional kesehatan
yang kompeten berberkenaan dengan obat herbal dan terapi ‘komplementer’
lain dapat juga berasal dari luar profesi sebagai praktisi kesehatan.
Kesimpulan
Penggunaan Produk Herbal semakin terus berlanjut dan telah meenjadi
pilihan pelayanan kesehatan populer bagi pasien dan masayrakat umum. Hal
ini menyebabkan banyak farmasis mulai mengeksplorasi dan menjual
obat-obatan herbal dan tampaknya farmasis tentu saja akan ditanyakan
sarannya mengenai produk-produk tersebut atau mereka akan
mempertimbangkan implikasi lain dalam penggunaan obat herbal, seperti
interaksi dengan obat-obat konvensional.
(Penulis adalah Mahasiswa Farmasi USU)
0 komentar:
Posting Komentar