KENAIKAN BBM DAN UNJUK
RASA MAHASISWA
♯♯♯♯dari perspektif kaula muda untuk ummat♯♯
Rencana
pemerintah menaikkan harga BBM akhirnya batal. Kini, rakyat Indonesia pun bisa
bernafas lega. Ratusan aksi mahasiswa yang digelar di seluruh pelosok tanah air
pun menunjukkan hasil nyatanya. Dari hasil voting pada rapat paripurna DPR
beberapa waktu lalu, para wakil rakyat tersebut sepakat untuk tidak menyetujui
kenaikan harga BBM sebelum harga minyak
dunia naik hingga 15 %. Opsi tersebut dipilih DPR tentu setelah mempertimbangkan
kondisi rakyatnya saat ini. Meskipun hanya segelintir dari wakil rakyat
tersebut yang memberi solusi ‘’kerakyatan’’ dalam opsi-opsi yang ditawarkan.
Segelintir wakil rakyat yang memberi solusi ‘’kerakyatan’’ tersebut tentu juga
memahami bahwa jika ditinjau dari segi ekonomi makro, subsidi BBM memang tidak tepat
sasaran karena lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang tidak membutuhkan.
Seperti yang dilansir oleh banyak pengamat bahwa ternyata BBM bersubsidi
terutama premium jauh lebih banyak dinikmati pemilik mobil mewah ketimbang
kendaraan bermotor lain yang membutuhkan seperti perahu nelayan, angkutan umum,
becak,dan sepeda motor. Bahkan dalam satu hari saja, satu mobil pribadi dapat
mengeruk subsidi tersebut hingga Rp. 100.000. Hal ini tentu jauh berbeda dengan
kapasitas konsumsi rakyat kecil yang dalam seharinya hanya dapat membeli 3-5
liter BBM bersubsidi yang angka marginnya jauh di bawah kapasitas konsumsi
pemilik mobil pribadi.
Jika
kita menganalisa perekonomian negara,
kita tentu juga sepakat untuk mendukung
rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena data analisa ekonomi
menunjukkan pertumbuhan signifikan prekonomian negara jika menuruti rencana
kebijakan pemerintah tersebut. Namun, itu adalah data analisa ekonomi makro.
Data tersebut adalah hasil kontribusi pelaku ekonomi berkelas konglomerat.
Tidak sepantasnya menjadi parameter kebijakan pemerintah yang berkeadilan
karena data pertumbuhan ekonomi tersebut sama sekali tidak berdampak bagi
rakyat kecil, bahkan justru menyengsarakan rakyat. Itulah yang disuarakan oleh
Mahasiswa, agen perubahan, di seluruh penjuru tanah air Indonesia tercinta…
Lagi-lagi
demo mahasiswa.. bikin macet aja.. mending kuliah aja baik-baik, belajar yang
bener… toh pemerintah nggak bakal ngedengerin..
Begitulah kalimat yang
tercetus dari mulut masyarakat pada umumnya. Dan semoga kita yang beralmamater tidak
pernah menyetujui kalimat tersebut. Itu adalah kalimat orang apatis yang tidak
mau menggunakan naluri dan akal sehat yang dikaruniai Allah . karena sejatinya,
aksi kita itu hanyalah suatu bentuk respon alamiah sebagaimana ketika anda
mengatakan ‘’aduh’’ ketika dicubit. Maka tidak sepantasnya kaum intelektual
bungkam ketika ada ketidakwajaran.
Bagi kita yang
mengenakan almamater, yang menyebut diri sebagai kaum intelektual, harus peka akan kondisi di sekitar kita. Dan
dalam hal ini, rencana kenaikan harga BBM yang menyangkut hajat hidup rakyat
harus kita kawal hingga tetes darah penghabisan ( ckck.. semangat 45.. semangat
kemerdekaan.. ) . Ya. Itu adalah bagian dari kewajiban kita meneruskan
cita-cita keadilan yang disuarakan para pendahulu kita, bahkan sebelum
kemerdekaan. Silahkan orang-orang awam itu ( bahkan ada dari kalangan mahasiswa
sendiri ) mencerca aksi kita! Namun mereka harus ingat, Indonesia tidak akan
sedemokratis ini jika bukan karena gerakan mahasiswa – tentu atas izin Allah –
yang berhasil memaksa mundur Alm. Soeharto dan meruntuhkan rezim diktatornya
pada masa orde baru.. Itulah segelintir
bentuk perjuangan kita menegakkan keadilan untuk bangsa dan negara yang di
dalamnya ada rakyat – ummat yang kita cintai.. Namun perlu dicatat, kebaikan
hanyalah lahir dari kebaikan. Tidak ada cara batil yang dapat ditempuh untuk
kebaikan. Maka hendaklah kita menjaga aksi-aksi kita dari noda-noda anarkis,
cerca-mencerca, mencela, bentrok dengan aparat, lempar-lempar batu, yang semua
itu tidak sepantasnya dilakukan oleh kaum intelektual.
Wallahua’lam bisshowab
# Penulis adalah pengurus inti UKMI ATH-THIBB FF USU
# Penulis adalah pengurus inti UKMI ATH-THIBB FF USU
ketika mahasiswa hanya disibukkan oleh kegiatan akademisnya...
BalasHapusitu sebuah fenomena...
faktanya... di farmasi sendiri (ukmi ath thibb khususnya) masih banyak yang enggan untuk ikut aksi, kesibukan akademis lagi-lagi menjadi kambing hitam....
REAL STATEMENT, mudah-mudahan menjadi bagian dari REAL IMPROVEMENT, bukan NATO
Hapushmmm... kambing hitamnya kaderisasi tuh.
Hapuskambing hitamnya kaderisasi tuuu...........
Hapuseh ikut2 aja koment nya. syp ne mujahid?
Hapusyang jelas kt satu ruangan akh pas up grading kadri nusantara ;)
BalasHapus