Senin, 16 April 2012

KENAIKAN BBM DAN UNJUK RASA MAHASISWA


KENAIKAN BBM DAN UNJUK RASA MAHASISWA
                        ♯♯♯♯dari perspektif kaula muda untuk ummat♯♯

Rencana pemerintah menaikkan harga BBM akhirnya batal. Kini, rakyat Indonesia pun bisa bernafas lega. Ratusan aksi mahasiswa yang digelar di seluruh pelosok tanah air pun menunjukkan hasil nyatanya. Dari hasil voting pada rapat paripurna DPR beberapa waktu lalu, para wakil rakyat tersebut sepakat untuk tidak menyetujui kenaikan harga BBM  sebelum harga minyak dunia naik hingga 15 %. Opsi tersebut dipilih DPR tentu setelah mempertimbangkan kondisi rakyatnya saat ini. Meskipun hanya segelintir dari wakil rakyat tersebut yang memberi solusi ‘’kerakyatan’’ dalam opsi-opsi yang ditawarkan. Segelintir wakil rakyat yang memberi solusi ‘’kerakyatan’’ tersebut tentu juga memahami bahwa jika ditinjau dari segi  ekonomi makro, subsidi BBM memang tidak tepat sasaran karena lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang tidak membutuhkan. Seperti yang dilansir oleh banyak pengamat bahwa ternyata BBM bersubsidi terutama premium jauh lebih banyak dinikmati pemilik mobil mewah ketimbang kendaraan bermotor lain yang membutuhkan seperti perahu nelayan, angkutan umum, becak,dan sepeda motor. Bahkan dalam satu hari saja, satu mobil pribadi dapat mengeruk subsidi tersebut hingga Rp. 100.000. Hal ini tentu jauh berbeda dengan kapasitas konsumsi rakyat kecil yang dalam seharinya hanya dapat membeli 3-5 liter BBM bersubsidi yang angka marginnya jauh di bawah kapasitas konsumsi pemilik mobil pribadi.

Jika kita menganalisa  perekonomian negara, kita tentu juga sepakat untuk mendukung  rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena data analisa ekonomi menunjukkan pertumbuhan signifikan prekonomian negara jika menuruti rencana kebijakan pemerintah tersebut. Namun, itu adalah data analisa ekonomi makro. Data tersebut adalah hasil kontribusi pelaku ekonomi berkelas konglomerat. Tidak sepantasnya menjadi parameter kebijakan pemerintah yang berkeadilan karena data pertumbuhan ekonomi tersebut sama sekali tidak berdampak bagi rakyat kecil, bahkan justru menyengsarakan rakyat. Itulah yang disuarakan oleh Mahasiswa, agen perubahan, di seluruh penjuru tanah air Indonesia tercinta…

Lagi-lagi demo mahasiswa.. bikin macet aja.. mending kuliah aja baik-baik, belajar yang bener… toh pemerintah nggak bakal ngedengerin..

Begitulah kalimat yang tercetus dari mulut masyarakat pada umumnya.  Dan semoga kita yang beralmamater tidak pernah menyetujui kalimat tersebut. Itu adalah kalimat orang apatis yang tidak mau menggunakan naluri dan akal sehat yang dikaruniai Allah . karena sejatinya, aksi kita itu hanyalah suatu bentuk respon alamiah sebagaimana ketika anda mengatakan ‘’aduh’’ ketika dicubit. Maka tidak sepantasnya kaum intelektual bungkam ketika ada ketidakwajaran.

Bagi kita yang mengenakan almamater, yang menyebut diri sebagai kaum intelektual,  harus peka akan kondisi di sekitar kita. Dan dalam hal ini, rencana kenaikan harga BBM yang menyangkut hajat hidup rakyat harus kita kawal hingga tetes darah penghabisan ( ckck.. semangat 45.. semangat kemerdekaan.. ) . Ya. Itu adalah bagian dari kewajiban kita meneruskan cita-cita keadilan yang disuarakan para pendahulu kita, bahkan sebelum kemerdekaan. Silahkan orang-orang awam itu ( bahkan ada dari kalangan mahasiswa sendiri ) mencerca aksi kita! Namun mereka harus ingat, Indonesia tidak akan sedemokratis ini jika bukan karena gerakan mahasiswa – tentu atas izin Allah – yang berhasil memaksa mundur Alm. Soeharto dan meruntuhkan rezim diktatornya pada masa orde baru..  Itulah segelintir bentuk perjuangan kita menegakkan keadilan untuk bangsa dan negara yang di dalamnya ada rakyat – ummat yang kita cintai.. Namun perlu dicatat, kebaikan hanyalah lahir dari kebaikan. Tidak ada cara batil yang dapat ditempuh untuk kebaikan. Maka hendaklah kita menjaga aksi-aksi kita dari noda-noda anarkis, cerca-mencerca, mencela, bentrok dengan aparat, lempar-lempar batu, yang semua itu tidak sepantasnya dilakukan oleh kaum intelektual.

Wallahua’lam bisshowab

# Penulis adalah pengurus inti UKMI ATH-THIBB FF USU

6 komentar:

  1. ketika mahasiswa hanya disibukkan oleh kegiatan akademisnya...

    itu sebuah fenomena...

    faktanya... di farmasi sendiri (ukmi ath thibb khususnya) masih banyak yang enggan untuk ikut aksi, kesibukan akademis lagi-lagi menjadi kambing hitam....

    BalasHapus
    Balasan
    1. REAL STATEMENT, mudah-mudahan menjadi bagian dari REAL IMPROVEMENT, bukan NATO

      Hapus
    2. hmmm... kambing hitamnya kaderisasi tuh.

      Hapus
    3. kambing hitamnya kaderisasi tuuu...........

      Hapus
    4. eh ikut2 aja koment nya. syp ne mujahid?

      Hapus
  2. yang jelas kt satu ruangan akh pas up grading kadri nusantara ;)

    BalasHapus