TAUHID
Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh. Bentuk
pengesaan ini terbagi menjadi tiga,
1.
1.Tauhid
Rububiyah : Mengesakan Alloh dalam Rububiyah-Nya
kita
meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan
oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya,
memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan
kekhususan bagi Alloh. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak
ada seorang pun yang mengingkarinya. Bahkan oleh orang atheis (Ath-Thur: 35-36)
Namun
pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan
seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang
diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. (Al-Mu’minun: 86-89).
2.
2.Tauhid
Uluhiyah : Mengesakan Alloh Dalam Uluhiyah-Nya
Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh
dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah
lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia
menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat
ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah
hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah
satu-satunya Pencipta alam semesta.
3. 3.Tauhid
Asma wa Sifat : Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada
nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk
memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut
(yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya “Dialah
Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah
Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr: 24)
Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim
yang tulen jika telah mengesakan Alloh dan tidak berbuat syirik dalam ketiga
hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan Alloh (berbuat syirik)
dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim tulen
tetapi dia adalah seorang musyrik.
Kedudukan Tauhid
Tauhid
memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali
ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah),
karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku
diri mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan
sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang
shaleh, nabi, malaikat, jin dan sebagainya.
1.
1. Tauhid
Adalah Tujuan Penciptaan Manusia
Alloh
berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah
di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk. Sebagaimana
firman Alloh “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu
permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki
berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
2. Tauhid Adalah Tujuan Diutusnya Para
Rosul
Alloh
berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).
3. Tauhid Merupakan Perintah Alloh yang
Paling Utama dan Pertama
Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan
hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk
menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada
berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka
sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia,
namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya
kepada Alloh semata.
Artikel www.muslim.or.id
Misalkan
dalam ayat Al Fathihah, “Alhamdu lillaahi Rabbil ‘Alamin”
- Al-Hamdu = Tauhid Asma wa Sifat, sifat Al Hamid,
- lillaahi = Tauhid Asma wa Sifat dan Tauhid Uluhiyah, menetapkan nama Allah dan menetapkan peribadahan kepada Allah
- Rabbi = Tauhid Rububiyah
“Barangsiapa
yang bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah
saja,tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hambadan Rasul-Nya, dan bahwa
Isa adalah hamba danRasul-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikankepada Maryam,
serta Ruh dari pada-Nya, dan surgaitu benar adanya, neraka juga benar adanya,
makaAllah pasti memasukkanya kedalam surga, betapapunamal yang telah
diperbuatnya.” (HR. Bukhari &Muslim).
Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pulahadits dari Itba t bahwa Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya Allah
mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengucapkan La ilaa ha
illallah dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Allah”.
Larangan-larangan yang berkaitan dengan Tauhid:
1. 1. MEMAKAI GELANG DAN SEJENISNYA UNTUK
MENANGKAL BAHAYA ADALAH PERBUATAN SYIRIK
“Katakanlah
(hai Muhammad kepada orang-orang musyrik): terangkanlah kepadaku tentang apa
yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan
kepadaku, apakah berhala berhala itu dapat menghilangkan kemadharatan itu? atau
jika Allah menghendaki untuk
melimpahkan
suatu rahmat kepadaku apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya? katakanlah:
cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang-orang yang berserah diri
bertawakkal.” (QS. Az Zumar: 38).
Imran
bin Husain t menuturkan bahwa Rasulullah r melihat seorang laki-laki memakai gelang
yang terbuat dari kuningan, kemudian beliau
bertanya:
“Apakah itu? orang laki-laki itu
menjawab: “gelang penangkal penyakit”, lalu Nabi bersabda: “lepaskan gelang
itu, karena sesungguhnya ia tidak akan menambah kecuali kelemahan pada
dirimu, dan jika kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada tubuhmu
maka kamu tidak akan beruntung selamalamanya.”(HR. Ahmad dengan sanad yang
bisa diterima)
Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir, dalam hadits yang marfu’, Rasulullah
r bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah* maka Allah tidak akan mengabulkan keinginannya,
dan barangsiapa yang menggantungkan Wada’ah maka Allah tidak akan memberikan
ketenangan kepadanya” dan dalam riwayat yang lain Rasul bersabda: “Barangsiapa
yang menggantungkan tamimah maka ia telah berbuat kemusyrikan”.
Tamimah:
sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak sebagai penangkal
atau
pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki
seseorang,
dan lain sebagainya.
Wada’ah:
sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah kerang; menurut anggapan
orang-orang jahiliyah dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Termasuk
dalam pengertian ini adalah jimat.
2.MENGHARAPKAN
BERKAH DARI PEPOHONAN, BEBATUAN ATAU YANG SEJENISNYA MENYEMBELIH BINATANG BUKAN
KARENA ALLAH
“Katakanlah,
bahwa sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanya
sematamata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah).” (QS. Al An’am: 162- 163).
3.
BERNADZAR UNTUK SELAIN ALLAH ADALAH
SYIRIK, MEMINTA PERLINDUNGAN KEPADA SELAIN ALLAH ADALAH SYIRIK
“Bahwa ada beberapa orang laki-laki dari
manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, maka
jin-jin itu hanya menambah dosa dan kesalahan.” (QS.
Al Jin: 6).
Khaulah
binti Hakim menuturkan: "aku mendengar Rasulullah r bersabda:
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat,
lalu ia berdo’a: (aku berlindung dengan kalam Allah yang
maha sempurna dari kejahatan semua mahluk yang Ia ciptakan) maka tidak
ada sesuatupun yang membahayakan dirinya sampai dia beranjak dari tempatnya itu.”
(HR. Muslim).
4.
PENYEBAB UTAMA KEKAFIRAN ADALAH BERLEBIH-LEBIHAN
DALAM MENGAGUNGKAN ORANG-ORANG SHALEH
LARANGAN
BERIBADAH KEPADA ALLAH DI SISI KUBURAN ORANG-ORANG SHALEH
Diriwayatkan
dalam shahih [Bukhari dan Muslim], dari Aisyah radhiallahuanha. bahwa
Ummu Salamah radhiallahuanha bercerita kepada Rasulullah r tentang
gereja yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang di dalamnya terdapat
rupaka-rupaka (gambar-gambar), maka Rasulullah bersabda: ”Mereka itu,
apabila ada orang yang shaleh atau hamba yang shaleh meninggal, mereka
bangun di atas kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat
di dalamnya rupaka-rupaka, dan mereka
adalah sejelek-jelek makhluk disisi
Allah”. “Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih
hidup saat hari kiamat tiba,
dan
orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid).” (HR.
Abu Hatim dalam kitab shahihnya).
5. 5. DUKUN, TUKANG RAMAL DAN SEJENISNYA
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, dari salah seorang istri Nabi r, bahwa Rasulullah
r bersabda: “Barangsiapa yang
mendatangi peramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan
dia mempercayainya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari.”
6. 6. Anggapan2
yang Terlarang
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda: “Tidak ada
‘Adwa, Thiyarah, Hamah, Shafar.” (HR.Bukhari dan Muslim), dan dalam riwayat
Imam Muslim terdapat tambahan: “dan tidak ada Nau’,serta ghaul.”
Adwa: penularan penyakit. Maksud sabda
Nabi di sini ialah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup di zaman
jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit atau menular dengan sendirinya, tanpa
kehendak dan takdir Allah I. Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah r,
bukan keberadaan penjangkitan atau penularan; sebab, dalam riwayat lain,
setelah hadits ini, disebutkan:
“… dan menjauhlah dari orang yang terkena
penyakit kusta (lepra) sebagaimana
kamu menjauh dari singa.” (HR. Bukhari).
Ini
menunjukkan bahwa penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak
ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Ilahi, namun sebagai insan muslim
di samping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan
pencegahan sebelum terjadi penularan sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman
singa. Inilah hakikat iman kepada takdir Ilahi.
-Thiyarah:
merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang
lainnya, atau apa saja.
-Hamah:
burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihatnya,
apabila ada burung hantu hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka,
dia merasa bahwa burung ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri,
atau salah satu anggota keluarganya. Dan maksud beliau adalah untuk menolak anggapan
yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, anggapan seperti ini harus tidak
ada, semua adalah dari Allah dan sudah ditentukan oleh-Nya.
-Shafar:
bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang
jahiliyah beranggapan bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak
menguntungkan. Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh Rasulullah. Dan termasuk
dalam anggapan seperti ini: merasa bahwa hari rabu mendatangkan sial, dan
lain-lain. Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.
-Nau’:
bintang; arti asalnya adalah: tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang
jahiliyah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini, atau bintang itu. Maka
Islam datang mengikis anggapan seperti ini, bahwa tidak ada hujan turun karena
suatu bintang tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah.
-Ghaul:
hantu, salah satu makhluk jenis jin. Mereka beranggapan bahwa hantu ini dengan
perubahan bentuk maupun warnanya dapat menyesatkan seseorang dan
mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi di sini bukanlah tidak mengakui
keberadaan makhluk seperti ini, tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik
tersebut yang akibatnya takut kepada selain Allah, serta tidak bertawakkal
kepada-Nya,
7. 7. ILMU NUJUM (PERBINTANGAN)
Imam
Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Qatadah t bahwa ia berkata: “Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk
tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syetan,
dan sebagai tanda untuk petunjuk (arah dan sebagainya). Maka barangsiapa
yang berpendapat selain hal tersebut maka ia telah melakukan kesalahan,
dan menyia-nyiakan nasibnya, serta membebani dirinya dengan hal yang
diluar batas pengetahuannya”.
8. 8. Cinta kepada makhluk melebihi CINTA
KEPADA ALLAH
“Katakanlah:
"jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya, dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (QS. At
taubah: 24).
9. 8. UCAPAN “SEANDAINYA”
Firman Allah I :
“Mereka (orang-orang
munafik) mengatakan: "seandainya kita memiliki sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini, niscaya (kita tak akan terkalahkan) dan tidak ada yang
terbunuh di antara kita di sini (perang Uhud). Katakanlah: "Kalaupun kamu
berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah (berbuat demikian)
untuk menguji (keimanan) yang ada dalam dadamu, dan membuktikan (niat) yang ada
dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi segala hati.”
(QS. Ali Imran: 154).
“Orang-orang yang
mengatakan kepada saudarasaudaranya dan mereka takut pergi berperang: "seandainya
mereka mengikuti kita tentulah mereka
sudah terbunuh. Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali
Imran: 168).
Diriwayatkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah t bahwa
Rasulullah r bersabda:
“Bersungguh-sungguhlah
dalam mencari apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah
(dalam segala urusanmu), dan janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah, dan
jika kamu tertimpa suatu kegagalan, maka janganlah kamu mengatakan:
"seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu'',
tetapi katakanlah: "ini
telah ditentukan oleh Allah, dan Allah akan melakukan apa yang Ia
kehendaki", karena kata“seandainya” itu akan membuka pintu perbuatan
syetan.”
Sumber : Kitab Tauhid MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Penerjemah :
M. YUSUF HARUN, MA
0 komentar:
Posting Komentar