Selasa, 04 Agustus 2015

Jemputlah, jangan ditunggu







Assalamualaykum pembaca (semacam ada aja ya yang baca haha)
Beberapa hari yang lalu aku pernah baca sebuah tulisan yang rada jleb gitu di hati. Jadi ada tulisan yang latar belakangnya apa gitu aku lupa terus ada tulisan “Ketika Allah tidak mengetuk hatimu untuk pergi ke masjid, maka Allah tidak ingin bertemu denganmu di surga”. Kalimatnya gak gitu sih tapi intinya gitulah. Maafkeun kekhilafanku yang tidak bisa mengingat dengan baik dan tidak berniat untuk mengubah ubah tulisan seseorang. Semoga Allah memaafkan.

Jadi, setelah baca tulisan itu tiba-tiba aku teringat tentang kewajiban menutup aurat. Kalaulah yang hati tidak terketuk untuk ke masjid saja tidak ingin Allah lihat lalu bagaimana dengan hal yang (sangat) wajib ini ? Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab : 59 yang berbunyi :
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allaah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Shalihat, tidakkah hatimu terketuk barang sedikit saja ?
Kewajiban ini…tidakkah ingin engkau tunaikan ?
Kewajiban ini…tidakkah membuatmu resah kala engkau tidak menjalankannya ?
Kewajiban ini…tidakkah engkau takut Allah akan berpaling darimu ?

Tidak. Aku tidak sempurna. Sekali lagi kutegaskan, aku tidak sempurna dan akan selalu jauh dari kata sempurna. Aku hanya berusaha menjalankan kewajibanku. Aku sadar begitu banyak dosaku padaNya. Begitu dalam aku tercebur dalam lumpur dosa yang kian hari kian menghimpitku. Kian hari kian membuatku merasa aku adalah penghuni neraka. Sadarkah kamu bahwa mayoritas wanita adalah penghuni neraka? Tidakkah itu membuat bulu kudukmu merinding, ukhti? Dengan dosa yang sebegitu besarnya, rasanya tidak sanggup hati ini untuk kembali melawanNya dengan tidak menutup auratku. Aku tau, aku tau apa yang ada di pikiran kalian wahai wanita yang selalu di cintai Allah.
“Aku mau menghijabi hatiku dulu. Percuma berkerudung kalo sifat masih jelek. Masih suka mencuri. Masih suka ghibah. Masih suka gak menjaga omongan”

Sayangku, taukah kamu itu adalah dua hal yang berbeda?

Izinkan aku memberikan sebuah contoh padamu dan InsyaAllah engkau akan mengerti. Ketika kamu berkerudung kamu akan mendapat poin 1 dan ketika kamu tidak berkerudung maka poinmu adalah -1.
Ketika kamu berbuat buruk nilaimu menjadi -1.
Ketika kamu berkerudung dan berbuat buruk maka berapa nilaimu ? 1 – 1 = 0
Ketika kamu tidak berkerudung dan berbuat buruk maka berapa nilaimu ? -1 -1 = -2
“Bagaimana jika tidak berkerudung dan berbuat baik?”
Maka nilaimupun akan sia sia, ukhti. Ketika kamu berbuat baik nilaimu 1. Bagaimana perhitungannya ketika kamu berbuat baik dan tidak memakai kerudung ? 1-1 = 0. Tidakkah semua terasa percuma ?

Apakah kamu sudah mengerti ? Buka hatimu, sayang. Jangan lantas berpikir aku memaksamu untuk menutup auratmu. Bukan aku. Allah yang mewajibkanmu. Jangan lantas muncul di dalam benakmu “Apa sih?! Dia aja belum baik udah nyuruh nyuruh orang lain!”. Jangan berpikir seperti itu. Berhusnudzanlah. Aku hanya ingin mengajakmu ke dalam kebaikan. Aku hanya ingin bersamamu kelak di surga walaupun aku sendiri belum yakin akan cepat bertemu dengan surga mengingat dosa yang begitu bertumpuk ditubuhku. Seandainya dosa adalah suatu penyakit yang terllihat, tentulah tidak ada manusia yang enak dipandang, bukan? Tidakkah hatimu terketuk dan berbisik “betapa Allah baik dan mencintaiku. Ia tutup semua aibku padahal ibadahku dan kecintaanku padaNya masih berada di titik terendah” ?
“Nantilah. Tunggu siap. Belum dapat hidayah”

Ukhti, hidayah adalah hal yang harus kita jemput. Bukan di tunggu untuk di jemput. Apakah kamu akan menunggu sebuah buku membaca dirinya sendiri dihadapanmu? Tidak. Kamu yang harus bergerak membuka buku itu, membacanya, dan memahaminya. Buku itu tidak menjemputmu. Kamu yang menjemputnya karena jika tidak, kamu tidak akan pernah bisa memahami apa isi buku itu. Jangan jadikan “belum dapat hidayah” sebagai kambing hitam dalam keenggananmu menutup aurat, sayang. Ingatlah bahwa kematian tidak menunggumu “siap”. Siapkah kamu ketika kain kafan menjadi pakaian terakhirmu? Aku yakin kamu tau bahwa syarat mati tidak harus tua. Banyak orang yang meninggal muda. Tidakkah engkau takut akan kematian?
“Keluargaku belum berkerudung semua. Aku segan”
Taukah kamu bahwa mayoritas orang enggan melakukan kebaikan karena banyak orang juga melakukannya? Aku tau, tidak enak menjadi ‘berbeda’ di dalam suatu komunitas yang melakukan hal yang sama. Tetapi ingatkah kamu dengan sebuah hadist ?

Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan (HR. Muslim)

Apakah kamu tidak ingin menjadi salah satu dari orang-orang yang beruntung itu ? Ayolah. Tempuh keasingan ini bersamaku. Sama-sama kita berusaha mengejar surga. Bukankah seorang teman saja sudah cukup menguatkan? Kemarilah. Maka aku tidak akan pernah melepaskanmu.
“Nanti kayak ibu-ibu. Gak gaul”
Bukankah kita semua (jika berumur panjang) akan menjadi seorang ibu ? Bukankah pada akhirnya dipanggil “Ibu” adalah suatu kebanggan di dalam hati kita? Bukankah jika anak kita nantinya menjadi anak yang shaleh/shalehah itu artinya kita sukses menjadi ibunya? Sukses merawatnya karena telah mengajarkan padanya bagaimana mencintai Allah? Lantas apa yang kamu khawatirkan? Nikmati proses itu. Aku tau. Pandangan orang yang menatap aneh kepada kita sangat menyakitkan. terlebih ketika mereka memandang kita dengan tatapan “Ada teroris”. Apalagi untuk orang-orang yang suka sekali memakai pakaian gelap sepertiku. Tapi seperti yang kubilang. Nikmati prosesnya. Sesuatu yang sulit di jalani akan mendapat ganjaran yang manis, bukan?
Apakah ada lagi pernyataan yang terlewat olehku ?
Selanjutnya…taukah kamu bahwa ada banyaaakkk sekali keuntungan menutup auratmu? Sadarilah bahwa Allah mencintaimu. Wanita begitu di agungkan oleh Allah. Buka kembali hatimu. Lembutkan hatimu. Bagaimana mungkin Allah mewajibkan jika tidak ada kebaikan di dalamnya?
Menutup aurat menghindarimu dari dosa
Shalihat, taukah kamu? Selain bermanfaat untukmu, menutup auratmu juga akan bermanfaat bagi orang lain. Lelaki akan menundukkan pandangannya kala engkau lewat di depan mereka. Lelaki akan menyapa sopan padamu dengan mengucapkan “Assalamualaykum” sehingga akan menambahkan pula pahalamu dengan menjawab salamnya. Tapi, jika lelaki itu bermodus cukuplah engkau menjawab di dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui. Tidak ada lelaki yang akan menatapmu dengan pandangan yang ingin menelanmu atau mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak pantas terucap. Ukhti, sudahkah kamu menyadari kasih sayangNya? Ataukah hatimu masih tertutup?
Menutup aurat membantu ayah kita menjauhi neraka
Ukhti, sayangkah engkau pada ayahmu? Tegakah engkau menyeretnya ke neraka karena tidak menutup auratmu? Ingatkah engkau dengan tatapan penuh sayangnya padamu? Ingatkah kamu pada jerih payahnya untuk menafkahimu? Tegakah engkau menyakitinya? Sudah menjadi kewajiban ayahmu untuk menyuruhmu menutup aurat dan jangan salahkan siapapun jika ayahmu tidak mewajibkanmu menutup aurat. Kesadaranmulah yang diperlukan dalam hal ini. Jika engkau memang mencintainya, tutuplah auratmu. Jika tidak bisa membantunya untuk menuju surga, jangan melemparkan beliau ke dalam neraka. Bantu ia meluluskan kewajibannya yang satu itu meski ia tidak pernah meminta.
Membantu kita memperbaiki akhlak
Tidakkah kamu sadari bahwa kerudung akan membantu kita untuk meghilangkan sifat-sifat buruk kita? Seringkah kamu mendengar kalimat “Malu ah sama jilbab. Masa aku berjilbab tapi ghibah”. Ini. Inilah yang harus menjadi pola pikir kita. Gunakan kerudung sambil memperbaiki akhlak. Jangan menghijabi hatimu, sayang. Hatimu tidak bisa di hijab. Hatimu hanya bisa di jaga dari hal-hal buruk. Bisa kamu bayangkan kamu mengeluarkan hatimu dari tubuh dan menghijabinya? (tolong tertawa. aku sedang melucu hahaha). Yuuukkk yang sudah mulai gemetar-gemetar hatinya langsung aja di mantapkan pake kerudung. Minta hidayah yang banyak sama Allah. Minta di lembutkan hatinya.
Melindungi kulit dari lingkungan
Kita hidup di daerah tropis yang panasnya amit-amit. Debu dan kotoranpun tidak akan mengenai kulit kita. Bukankah ini salah satu cara melindungi tubuh dari panasnya sengatan matahari? Menghindari diri dari kanker kulit atau apapunlah itu. Aku kurang begitu paham. Dan di saat semua orang menggigil kedinginan, kita pasang aja wajah datar sambil bilang “emang dingin ya?” HAHAHA. Plis ketawa. Mungkin kalian yang hanya ‘melihat’ akan merasa gerah melihat pakaian yang besar-besar dan berwarna gelap tapi percayalah, ketika kamu merasa nyaman dan cinta pada apa yang kamu kenakan, kamu tidak perduli meskipun panas mulai membuat tubuhmu berkeringat.
Menunjukkan identitas diri
Menutup aurat tentu saja akan menunjukkan identitas dirimu sebagai muslimah sehingga mempermudah orang untuk mengenalimu sebagaimana dalam surah Al-Ahzab : 59. Tidakkah kamu ingin di kenali sayang? Untuk bagian ini aku kurang bisa memberikan penjelasan. Mungkin inspirasinya lagi mogok :D

Daaannn masih banyak lagi manfaatnya yang sepertinya tidak bisa kusebutkan satu persatu. Mendingan baca buku tentang aurat aja atau cari di gugel :D aku masih miskin ilmu. Sangat miskin. Baca buku aja males. Tapi seenggaknya inilah yang aku tau tentang menutup aurat.
Kemarilah shalihat. Biarkan aku merangkulmu. Biarkan aku berjalan menuju surga bersamamu. Jangan pandang aku sebagai manusia yang penuh dengan ilmu agama, penuh dengan hapalan qur’an dan hadist, penuh dengan kesabaran, keistiqamahan, qana’ah, dan segala kebaikan yang terlintas dipikiranmu. Aku masih manusia, sepertimu. Aku masih bisa marah, aku masih bisa merasakan rasa iri di dalam hatiku, aku masih sering futur (iman menurun), dan aku masih sering memikirkan hal-hal yang berbau duniawi. Namun, perlahan aku ingin mencoba mendekatkan diri padaNya. Pada Dzat yang telah berbaik hati memberikan ruh ke dalam jasad ini yang kemudian di beri nama . Dzat yang berbaik hati memanjangkan usiaku sehingga aku masih bisa bertaubat padaNya. Dzat yang Maha Penyayang telah memberikan aku keluarga yang membuatku semakin mencintaiNya. Dzat yang Maha Pengabul, yang telah sangat membuatku terharu karena rezeki dan berkahNya yang begitu berlimpah sementara dosaku masih bertebaran di bumi. Aku bahkan tidak tau harus merasa terharu atau malu.

Jika di dalam hati kalian ada pertentangan tentang pernyataanku di atas, monggo feel free to ask to me. Pasti yang baca ini kenal dong ya sama aku jadi taulah kontak aku hahahaha. Kalo misalnya nanti aku belum bisa menjawab dengan baik atau apa yang aku bilang di atas itu ada yang salah aku mohon maaf karena sesungguhnya yang baik baik itu datangnya dari Allah dan yang buruk buruk datang dari aku. Ambil aja kebaikannya dan buang keburukannya. Aku yakin kalian tau mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk lebih jelas monggo tanya ustad / ustadzah ~
Semoga tulisan ini bermanfaat untukmu, sayang
Dari saudara seiman yang mencintaimu,


By : Hamba Allah yang Insya Allah dirahmati Oleh Allah.swt., 

0 komentar:

Posting Komentar